Tapak Kaki Balaraja (Tangerang - Banten)
Sabtu, 17 November 2012
Selasa, 27 September 2011
Senin, 25 Oktober 2010
Alamku Tidak Kaya Lagi
Tidak habis pikir mata ini memandang
Pesona keindahan alam begitu terbentang
Barisan bukit – bukit nampak begitu indah
Bentangan samudra nan kaya hasil laut,
hamparan hutan begitu menyegarkan udara
Namun kulihat kini dimana keberadaanmu ?Pesona keindahan alam begitu terbentang
Barisan bukit – bukit nampak begitu indah
Bentangan samudra nan kaya hasil laut,
hamparan hutan begitu menyegarkan udara
Kenapa engkau semakin tiada
Hutan – hutan banyak yang digunduli
Laut – laut banyak yang tercemar
Kawasan persapan banyak dijadikan perumahan
Apakah memang bumi Indonesia telah rusak ?
Wahai manusia Indonesia, Ada apa dengan sikapmu ?
Kenapa kau di luar batas ?
Perilakumu begitu menghancurkan alam ini
Lihatlah, tataplah dan pandanglah
Alam Indonesia kini sedang bersedih
Biarkanku Merawatmu
kau hutanku
tak kuatkah kau menahan derunya air dalam perutmu!!!!!!
kau lautku tak mampukah menampung amarahmu
kau gunungku tak bisa kah kau menelan baramu???
haruskah kalian marah
haruskah kalian murka
saudaraku hilang lenyap
hati ku pilu
tak bisakah kau tolong aku
hentikan semua kekalapanmu!!!!!!!!!
biarkan ku merawatmu lagi
biarkan ku menjadi sahabatmu lagi
kita bermain seperti dulu lagi
tak kuatkah kau menahan derunya air dalam perutmu!!!!!!
kau lautku tak mampukah menampung amarahmu
kau gunungku tak bisa kah kau menelan baramu???
haruskah kalian marah
haruskah kalian murka
saudaraku hilang lenyap
hati ku pilu
tak bisakah kau tolong aku
hentikan semua kekalapanmu!!!!!!!!!
biarkan ku merawatmu lagi
biarkan ku menjadi sahabatmu lagi
kita bermain seperti dulu lagi
ku baca jejak kaki
dari setapak tanah merah hingga batu-batu bercadas
ngarai yang kita susuri
dan gumpalan kabut yang kita daki
disitu aku belajar
pada matahari, hawa dingin, dan awan yang berserakan
dan kau selalu saja menang
mengartikan tanda-tanda alam sebagai peta kehidupan
kini,
di fase sejarah yang kita pilih
kita terpisahkan bentang hamparan kehidupan
kau ke utara mengejar angin
aku ke barat menemukan laut
“mencoba menemukan jati diri” begitu alasanmu
suatu senja nanti
ketika musim berganti
aku berharap angin berhembus ke barat
dan ku tunggu kau di ujung dermaga
menceritakan angin yang kau kejar
sambil meniknati secangkir teh dan panorama senja
dari setapak tanah merah hingga batu-batu bercadas
ngarai yang kita susuri
dan gumpalan kabut yang kita daki
disitu aku belajar
pada matahari, hawa dingin, dan awan yang berserakan
dan kau selalu saja menang
mengartikan tanda-tanda alam sebagai peta kehidupan
kini,
di fase sejarah yang kita pilih
kita terpisahkan bentang hamparan kehidupan
kau ke utara mengejar angin
aku ke barat menemukan laut
“mencoba menemukan jati diri” begitu alasanmu
suatu senja nanti
ketika musim berganti
aku berharap angin berhembus ke barat
dan ku tunggu kau di ujung dermaga
menceritakan angin yang kau kejar
sambil meniknati secangkir teh dan panorama senja
Langganan:
Postingan (Atom)